Kamis, 19 November 2009

I Don't Want to Love You, But I Do by Cecilia Lucass

You were born out of death to a life in a cage
Where bombs are not the only reason people die
Fed by the violence of hunger and homelessness
Raised by colonialism
Your heart and your will still grew strong

You scare me
Not just because they tell me to be scared
Not just because they repeat, repeat, repeat
The story of 1983
Begging me to understand
Americans are worth more than Lebanese

Why do they never tell me about Jihad al Bina
That you have created so much
Saved so many lives
Improved so many more

It scares me
When I admit to myself
That I would be more scared without you
If I still took the time to see

To see the violence that does not just fall from the skies
that exists in hunger and homelessness
in colonialism

It scares me
That my hope is tangled up
In actions I would never want to commit

But I don't sleep much these days
And I've tried hard
But I haven't found
Anything
to give me hope that they will listen

They repeat, repeat, repeat
The story of Gaza withdrawal
Hoping we won't see
The violence that continues
That kills in so many ways
Hoping we will now support it
Or at least stop looking

They insist talk does not work
When there is no one to talk to
It is hard to find an interlocutor
When you're not willing to listen
To see
To feel

How do you keep faith that talk will work
When even they are insisting it won't?

I am learning to have hope in you
I am learning to see you as so much more
Than those actions I would never want to commit

You amaze me.
Born out of death to a life in a cage
Raised by colonialism
You did not accept imprisonment as natural
You did not accept hunger as justice
You did not accept
the ceaseless killing in so many ways
Of those next to you
Or those farther away

I love you
But I will never be yours
I don't want you inside me
You are too male for me

And I cannot, gratefully, fully silence the voice that insists:
Some deaths you did accept
Including of some who were listening

That is why the full statement that the question-marks pry me with reads:
It is sad, but I'm learning to have hope in Hizbulla

Maybe it is the naivety
of one whose life has never been directly threatened
I still believe:
Be the change you want to see in the world.

Rabu, 23 September 2009

Seorang di bawah Pohon Meminta Selembar Tissue by m aan mansyur

(sore di sepi taman
di bawah sebuah pohon)

ia menumpahkan airmata

karena seseorang yang meninggalkannya
dan seseorang lain yang mungkin akan meninggalkannya

apakah anda punya selembar tissue? ia bertanya

(aku bayangkan pohon di atasnya
runtuh dan jatuh di tubuhnya)

hanya dibutuhkan airmata
buat membersihkan airmata

tissue tak mencintai pohon, kataku
lalu kembali berlari-lari kecil menjaga kesehatan
karena besar mencintai diri dan istriku

Senin, 31 Agustus 2009

CINTA yang AGUNG by khalil gibran

Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan MASIH peduli terhadapnya..
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH
menunggunya dengan setia..
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain
dan kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut berbahagia untukmu’

Apabila cinta tidak berhasil…BEBASKAN dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan terbang ke alam bebas LAGI ..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi..ketika cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati
bersamanya…

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh

Kamis, 20 Agustus 2009

kerawang - bekasi by chairil anwar

Kami yang kini terbaring antara Kerawang-Bekasi
tidak bisa berteriak ‘Merdeka’ dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal hanyalah tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan,
kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskanlah jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas kenyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Kerawang-Bekasi

Kamis, 06 Agustus 2009

Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta by WS Rendra (in memoriam)

Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
Telah diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu

Sesalkan mana yang mesti kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kaurelakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu

Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kaurela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau Dasima
Khabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya

Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang 'tidak'
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna

Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada

Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi

Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya

Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kausesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan

Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darjat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan

Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengawini para bekas pelacur
Adalah omong kosong

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.

Senin, 27 Juli 2009

the river by ralph waldo emerson (1827)

And I behold once more
My old familiar haunts; here the blue river,
The same blue wonder that my infant eye
Admired, sage doubting whence the traveller came,--
Whence brought his sunny bubbles ere he washed
The fragrant flag-roots in my father's fields,
And where thereafter in the world he went.
Look, here he is, unaltered, save that now
He hath broke his banks and flooded all the vales
With his redundant waves.
Here is the rock where, yet a simple child,
I caught with bended pin my earliest fish,
Much triumphing,--and these the fields
Over whose flowers I chased the butterfly,
A blooming hunter of a fairy fine.
And hark! where overhead the ancient crows
Hold their sour conversation in the sky:--
These are the same, but I am not the same,
But wiser than I was, and wise enough
Not to regret the changes, tho' they cost
Me many a sigh. Oh, call not Nature dumb;
These trees and stones are audible to me,
These idle flowers, that tremble in the wind,
I understand their faery syllables,
And all their sad significance. The wind,
That rustles down the well-known forest road--
It hath a sound more eloquent than speech.
The stream, the trees, the grass, the sighing wind,
All of them utter sounds of 'monishment
And grave parental love.
They are not of our race, they seem to say,
And yet have knowledge of our moral race,
And somewhat of majestic sympathy,
Something of pity for the puny clay,
That holds and boasts the immeasurable mind.
I feel as I were welcome to these trees
After long months of weary wandering,
Acknowledged by their hospitable boughs;
They know me as their son, for side by side,
They were coeval with my ancestors,
Adorned with them my country's primitive times,
And soon may give my dust their funeral shade.

Selasa, 14 Juli 2009

grass by carl sandburg

PILE the bodies high at Austerlitz and Waterloo.
Shovel them under and let me work

I am the grass; I cover all.

And pile them high at Gettysburg
And pile them high at Ypres and Verdun.
Shovel them under and let me work.
Two years, ten years, and passengers ask the conductor:

What place is this?
Where are we now?

I am the grass.
Let me work

Minggu, 28 Juni 2009

presiden boleh pergi presiden boleh datang

Sebuah orde tenggelam
sebuah orde timbul
tapi selalu saja ada suatu lapisan masyarakat di atas gelombang itu selamat
Mereka tidak mengalami guncangan yang berat
Yang selalu terapung di atas gelombang
Seseorang dianggap tak bersalah sampai dia dibuktikan hukum bersalah
Di negeri kami ungkapan ini begitu indah

Kini simaklah sebuah kisah
Seorang pegawai tinggi gajinya satu setengah juta rupiah
Di garasinya ada Volvo hitam, BMW abu-abu,
Honda metalik, dan Mercedes merah
Anaknya sekolah di Leiden, Montpellier dan Savana
Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan macam-macam indah
Setiap semester ganjil istri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura
Setiap semester genap istri gelapnya liburan di Eropa dan Afrika

Anak-anaknya ....

Anak-anaknya pegang dua pabrik, tiga apotik dan empat biro jasa
Selain sepupu dan kemenakannya buka lima toko onderdil,
lima biro iklan, dan empat pusat belanja.

Ketika rupiah anjlok terperosok, kepeleset macet dan hancur jadi bubur,
dia, hah!
dia ketawa terbahak-bahak karena depositonya dolar Amerika semua
Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit Barat,
jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat
Krisis makin menjadi-jadi
Di mana-mana orang antri
Maka 100 kotak kantong plastik hitam dia bagi-bagi
Isinya masing-masing:
Lima genggam beras, empat cangkir minyak goreng,
dan tiga bungkus mie cepat jadi.

Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi
dan masuk koran halaman lima pagi sekali
Gelombang mau datang,
Datang lagi gelombang setiap bah air pasang
Dia senantiasa terapung di atas banjir bandang
Banyak orang tenggelam toh mampu timbul lagi
lalu ia berkata sambil berdiri:

Yaaa... masing-masing kita kan punya sejeki sendiri-sendiri
Seperti bandul jam bergoyang-goyang kekayaan misterius mau diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa
Kakayaan... mau diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa
Kekayaan... mau diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa
Kekayaan... harus diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa

Rabu, 17 Juni 2009

KUTEMUKAN JALAN PULANG by Ryan Rachmat

akhirnya kutemukan juga jalan pulang.
setelah kaki berpusing menapaki hingga ujung aspal pekat didih ditelan matahari.
setelah tertegun pada suatu pertigaan tanpa papan penunjuk arah.
terpancang batin menimang kanan kiri yang hendak ku arung.
mengingat kali pertama jalan pertama kali kurunut
ketika ku pergi bertolak ke rimba peradaban.
jalan tanpa aspal yang lebih menyerupai sungai kering kala kemarau meregang.
penuh batu, pasir, tanah, dan deretan ilalang
dan rumput kering kuning kecoklatan

akhirnya kutemukan jalan
menuju nol kilometer
tempat kali pertama aku menulis puisi
tentang masa depan
dan anak-anak

Sabtu, 16 Mei 2009

selama ini di negerimu by mustofa bisri

selama ini di negerimu
manusia tak punya tempat
kecuali di pinggir-pinggir sejarah yang mampat

inilah negeri paling aneh
dimana keserakahan dimapankan
kekuasaan dikerucutkan
kemunafikan dibudayakan
telinga-telinga disumbat harta dan martabat
mulut-mulut dibungkam iming-iming dan ancaman

orang-orang penting yang berpesta setiap hari
membiarkan leher-leher mereka dijerat dasi
agar hanya bisa mengangguk dengan tegas
berpose dengan gagah
di depan kamera otomatis yang gagu

inilah negeri paling aneh
negeri adiluhung yang mengimpor
majikan asing dan sampah
negeri berbudaya yang mengekspor
babu-babu dan asap
negeri yang sangat sukses
menernakkan kambing hitam dan tikus-tikus
negeri yang akngkuh dengan utang-utang
yang tak terbayar
negeri teka-teki penuh misteri

selama ini di negeri mu
kebenaran ditaklukkan
oleh rasa takut dan ambisi
keadilan ditundukkan
oleh kekuasaan dan kepentingan
nurani dilumpuhkan
oleh nafsu dan angkara

selama ini di negeri mu
manusia hanya bisa
mengintip masalahnya dibicarakan
menghabiskan anggaran
oleh entah siapa
yang hanya berkepentingan
terhadap anggaran
dan dirinya sendiri

selama ini di negeri mu
anginpun menjadi badai
matahari bersembunyi
bulan dan bintang tenggelam
burung-burung mati
bunga-bunga layu sebelum berkembang
dan tembang menjadi sumbang
puisi menjadi tak indah lagi

yang tersisa tinggal doa
dalam rintihan
mereka yang tersia-sia
dan teraniaya
untunglah Allah Yang Maha Tahu
masih berkenan memberi waktu
kepadamu untuk memperbaiki negerimu
dari kampus-kampusmu yang terkucil
Ia mengirim burung-burung ababil
menghujani segala yang batil
dengan batu-batu membakar dari sijjil
dan pasukan bergajah abradah kerdil
bagai daun-daun dimakan ulat
beruntuhan menggigil

di negeri mu
kini telah menyingsing fajar peradaban baru
jangan tunggu, ambil posisi mu
proklamasikan kembali
kemerdekaan negeri mu

Kamis, 14 Mei 2009

kasih sayang dan persamaan by khalil gibran

Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan yang
membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan
dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan
nasibmu.

Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk
mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang
Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan
keagungan bagi menempuh jalan kebenaran.

Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung
lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau
merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan
tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.

Jika engkau menyadari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu
dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan
jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan
merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya
sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.

Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang
berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan
terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar
fajar merekah.

Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api
keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka
melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan
kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong,
hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.

Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat
ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka
yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya.
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya
mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang
kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan
waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi
takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewahmewahan
dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam
kuburan. Itu menandakan ketakutan.

Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada
tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan
seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan
mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali
pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang,
akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan
mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran
tentang Kasih Sayang dan Persamaan.

Sabtu, 02 Mei 2009

doa orang lapar by ws rendra

kelaparan adalah burung gagak
yang licik dan hitam
jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam
o Allah !
burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin
kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan
seorang pemuda yang gagah akan menangis tersedu
melihat bagaimana tangannya sendiri
meletakkan kehormatannya di tanah
karena kelaparan
kelaparan adalah iblis
kelaparan adalah iblis yang menawarkan kediktatoran
o Allah !
kelaparan adalah tangan-tangan hitam
yang memasukkan segenggam tawas
ke dalam perut para miskin
o Allah !
kami berlutut
mata kami adalah mata Mu
ini juga mulut Mu
ini juga hati Mu
dan ini juga perut Mu
perut Mu lapar, ya Allah
perut Mu menggenggam tawas
dan pecahan-pecahan gelas kaca
o Allah !
betapa indahnya sepiring nasi panas
semangkuk sop dan segelas kopi hitam
o Allah !
kelaparan adalah burung gagak
jutaan burung gagak
bagai awan yang hitam
menghalang pandangku
ke sorga Mu

RENDRA

Sabtu, 25 April 2009

why oh why by james saywell


I love Women in the springtime
I love Women night and day
Why oh why, do i love Women
In the summer or the winter
I love Women in any City
I love Women all around the World
Why oh why, do i love Women
When they are dressed in their white Satin
Because Women are everywhere
Why oh why, do i love Women
Why oh why,

Sabtu, 18 April 2009

puisi beneran VS puisi parodinya

ini penggalan puisi dari AADC:

kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari ke pantai kemudian teriakku
sepi… sepi.. dan sendiri aku benci
aku ingin bingar… aku mau di pasar
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri

pecahkan saja gelasnya biar ramai
biar mengaduh sampai gaduh
ada malaikat menyulam
jaring laba laba belang di tembok keraton putih
kenapa tak goyangkan saja loncengnya
biar terdera

atau aku harus lari ke hutan
lalu ke pantai…

dan yang ini adalah parodinya:

kulari ke hutan, ketemu monyet
kulari ke pantai, ketemu cumi-cumi
benci.. benci aku dengan sendiri

aku ingin ke pasar, ke pasar lagi
trus mampir ke RRI

pecahkan saja gelasnya biar ramai
biar gaduh sampai mengaduh
piring.., mangkoknya jangan, itu buat ibu
ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang
di tembok kantin depan kelasku
mata indah bola ping pong
ke pantai yuk donnn…

pesannya: hidup ngga usah terlalu serius

Selasa, 07 April 2009

puisi pemilu

puisi 1: 1, 2 dan 3 by wiji thukul

Satu dan dua ataupun tiga,
Semua sama sama bohongnya,
Milih boleh, tidak memilih boleh,
Jangan memaksa, itu hak gue


Puisi 2: pamflet by emha ainun nadjib

Aku melihat wajahmu
Menghiasi kota-kota dan desa-desa
Terpampang sangat besar
Di ratusan titik di jalan-jalan besar
Maupun di pelosok-pelosok

Engkau meminta agar aku mencontrengmu
Dan aku siap untuk itu, aku siap mencontrengmu
Tapi siapakah engkau ini? Kita belum berkenalan

Jumat, 13 Maret 2009

puisi perang by taufik ismail


Senarai Perang untuk Bahan Hafalan Pelajaran Sejarah
oleh: Taufiq Ismail

1.

Ada peta dunia berteriak kepada kita minta dibaca
''Telusurilah halaman-halamanku, renangilah waktu
Langkahi dua abad dan apa yang kau lihat?''

Kemudian kita bergegas meluncur di atas halaman peta
Rangkaian adegan orang kulit merah, bangsa kulit hitam,
Kawasan Mexico, Hawaii, Filipina dan Cuba
Kemudian Vietnam, Nicaragua, Israil dan sekitarnya
Setiba di sekitar Eufrat-Tigris badai debu mengotori peta
Di negeri Seribu Satu Malam ini
Terdengar gemuruh Seribu Satu Peluru Kendali

2

Kembali kita meluncur di atas halaman peta yang tua
Nampak bekas bercak darah berwarna sepia di atasnya
Gunung dan sungainya di benua Amerika belahan utara
Di sepanjang halamannya
Kawanan Indian menunggang kuda berlarian
Orang kulit putih menembaki dan mereka berjatuhan
Orang kulit hitam dianiaya massa bergelimpangan
Mereka ngilu menyanyikan lagu blues penuh kesedihan

Lihatlah separuh Mexico ditaklukkan
Hawaii dan Filipina jadi jajahan
Ratusan ribu penduduk Filipina sasaran pembunuhan
Jenderal Aguinaldo yang memproklamirkan kemerdekaan
Tak diberi pengakuan dan bangsanya tetap jadi jajahan
Spanyol dibayar 20 juta dollar sebagai imbalan
Inilah ironi sejarah yang mengherankan
Merdeka dari Inggeris dengan perjuangan tidak ringan
Tapi ternyata rasis dan imperialis juga belakangan

[Fidel Castro (BBC Online)]
Adalah Cuba, pulau sebesar telapak tangan
Jarak dari ujung Florida sepelemparan bola tangan
Diengkuk-engkuk dan ditekuk-tekuk tidak mempan
Ditunjuk-ajari pelajaran demokrasi tidak sudi
Dicekik leher ekonominya masih bernafas saja
Dicoba bunuh presidennya tak mati-mati juga
Lihatlah Fidel Castro itu kini
Tetap saja tampan dan tegak, di senja umurnya ini

3

Kini kita menyeberang samudera tiba di Vietnam Utara
Ketika Presiden Lyndon Johnson marah-marah suatu hari
Di Teluk Tonkin kapal perusaknya diganggu patroli
Diperintahkannya pemboman pertama di Vietnam Utara
Agustus bulannya, 1964 tahunnya

''The Rolling Thunder'', ''Guruh Gemuruh''
Itulah nama serangan udara
Yang berlangsung 3 tahun lamanya
Bom bagai badai berhamburan hampir setiap hari
Bom yang dijatuhkan selama tiga tahun itu
Dua kali lipat lebih banyak ketimbang
Bom yang dijatuhkan
Di seluruh front Perang Dunia I dan II

Bom yang 7 juta ton itu
Menyebabkan kematian 3 juta manusia Vietnam
Bayangkanlah 3 juta manusia direnggutkan nyawanya.
Tiga juta.

[Pemboman di Saigon, 1965 (History Search Beat)]
Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Bukan saja Vietnam Utara, tapi Vietnam Selatan
Juga dihujani badai bom itu
Di negeri itu kawah-kawah menganga
Bertebaran di mana-mana

Pada Vietnam, mengapa kita lupa
Padahal selama 11 tahun perang itu,
Berita pemboman dan pembunuhan
Setiap hari masuk di harian dan televisi kita

Vietnam jadi laboratorium uji coba macam-macam senjata
Bom napalm, bom Agent Orange, bom Agent Blue yang
Mengunyah daging manusia, mengunyah pepohonan,
Mengunyah dedaunan dan mengunyah hewan-hewan
Di tanah seluas pulau Jawa

Di negeri itu ratusan kawah-kawah menganga
Sawah-sawah musnah, pabrik-pabrik hancur
3 juta orang mati dalam masa 11 tahun itu

[Pemboman di sebuah Sungai, Vietnam Selatan (History Search Beat)]
Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Pada Vietnam mengapa kita lupa
Alangkah lemah ingatan kita

Sesudah Lyndon Johnson, Presiden Nixon marah
Baru 3 bulan jadi Presiden
Diperintahkannya menghujani Kamboja dengan bom
Kemudian 200 pesawat B-52 dikirimnya menghabisi
Haiphong dan Hanoi,

Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Presiden Amerika adalah presiden dunia
Yang paling sering memberi perintah
Menjatuhkan bom, dan semuanya di luar Amerika

Sesudah 11 tahun 179 milyar dollar dihabiskan
Atau 82 juta dollar sehari dibelanjakan
Sesudah 2 juta penduduk sipil Vietnam mati
1 juta tentara Vietnam mati,
60.000 serdadu Amerika mati,
Saigon dikepung ketat dan mereka terbirit-birit lari

[Uncle Sam (JayGee 6)] Amerika, negara adikuasa dan kaya luarbiasa
Bertekuk lutut dikalahkan Vietnam Utara
Negara kecil, miskin dan compang-camping
Dan tidak sekali pun, tidak satu kilogram pun
Menjatuhkan bom di kota Amerika
Sehingga penduduk sipil, kehilangan nyawa

4

Tidak kapok-kapoknya Angkel Sam
Campur tangan orang punya urusan
Tahun 1980-an, yaitu di Nicaragua
Di peta, negara itu sebesar daun telinga
Di Amerika Tengah, 200.000 bermatian
Negeri kecil yang digiling dilumatkan
Mereka ke Mahkamah Dunia mengadukan
Angkel Sam didenda repatriasi dan Nicaragua dimenangkan
Tapi si Adidaya ini mengabaikan keputusan
Ke Nicaragua balik lagi melakukan penyerangan
Dan ketika si Daun Telinga mengadukan
Ke Dewan Keamanan
Angkel Sam menjatuhkan veto sendirian

5

Kemudian tengoklah Israil luar biasa dimanja Amerika

Menindas rakyat, membunuhi perempuan
Menyapu anak-anak intifadah
Tidak apa-apa

Mengusir rakyat Palestina ke kemah-kemah di gurun
Membuldozer permukiman
Tidak apa-apa

Melanggar puluhan resolusi Dewan Keamanan
Dicerca dikutuk masyarakat dunia
Tidak apa-apa

Membuat senjata nuklir
Mengancamkan hulu nuklir
Tidak apa-apa

Israil luar biasa dimanja Amerika
Rakyat pembayar pajak Angkel Sam
Tak berdaya mau saja dipaksa
Membiayai subsidi anak manja Israil ini

Kami yang jauh ini jadi bertanya-tanya
Israil ini negara bagian Amerika Serikat
Atau Amerika Serikat provinsi Israil
Perdana Menteri Israil ini gubernur negara bagian AS
Atau Presiden Amerika gubernur provinsi Israil?
Pertanyaan ini pisau bermata dua
Amat sulit menjawabnya
Dan sangat mudah menjawabnya.

6

Pengembaraan peta kita tiba di sekitar Eufrat-Tigris
Ketika badai debu mengotori peta
Di negeri Seribu Satu Malam ini
Terdengar gemuruh Seribu Satu Peluru Kendali

Inilah kisah yang sangat menjemukan
Karena pengulangan lagi peragaan otot kekuasaan
Bersambung dengan beribu peluru kendali berlayangan
Dan 3000 bom berjatuhan
Malam ini berselimut kegelapan dan kengerian
Berulang sejarah campur tangan, intervensi 1000 alasan
Sejak zaman kulit merah Indian, kulit hitam Afrika,
Hawaii, Filipina, Cuba, Vietnam,
Nicaragua, Amerika Tengah, Palestina
Memaksakan kehendak, mau menang sendiri
Rasis dan imperialis sejati
Sehingga cendekiawan Noam Chomsky
Tak dapat menahan hati
Inilah katanya tentang negerinya sendiri:
''United States, leading terrorist state.''

Aku terkesima membaca tulisannya itu
Padahal aku suka manusianya, Amerika itu
Keluarga Werrbach yang 47 tahun lalu
Mengangkatku jadi anak mereka
Di rumah 977 East Circle Drive
Di desa Whitefish Bay
Di bulan puasa Heino menyediakan sahur untukku
Aku terkenang Tim Hubbard teman sekolahku
Yang menghubungkan aku
Ke ladang mixed farming di tepi Danau Michigan
Sehingga aku ingin jadi pengusaha ladang campuran
Seraya menulis puisi
Sehingga aku belajar kedokteran hewan dan peternakan
Aku cinta manusianya, Amerika itu
Petani, penjaga pompa bensin, oma di rumah jompo, pemusik jazz, penyair, sopir taksi Chicago, guruku,
Tapi aku tidak suka politik pemerintah pusatnya
Dengan enam helai puisiku ini aku menentang perangnya
Kini tengah aku menulis puisi ini di Utan Kayu
Tepat tengah malam di Basrah, Najaf dan Baghdad,
Terkenang aku pada makam Sayidina Ali, sufi Abdul Qadir Jailani,
Terkenang aku pada Tardji yang memanjat patung Abu Nawas di Baghdad, dan kupotret dia
Teringat aku pada Gus Mus yang menerjemah untuk kami 5 penyair Indonesia di festival puisi Iraq tahun itu
Mungkin hotel tempat kami menginap sudah hancur
Mungkin fail puisi kami sudah punah dan musnah
Mungkin rekan kami penyair Iraq ada yang mati sudah
Malam ini bom dan peluru kendali
Ganas dan cerdas, berdesing-desing
Berselimut kegelapan dan kengerian
Ratusan ribu anak-anak dan orangtua mereka
Orang kebanyakan pemegang kartu penduduk biasa
Menunggu diusung dengan tandu
Pada hari keesokan
Ke ruang gawat darurat atau ke kuburan.

Sabtu, 28 Februari 2009

Leaves That Are Green by Paul Simon and Art Garfunkel

I was twenty-one years when I wrote this song.
Im twenty-two now but I wont be for long
Time hurries on.
And the leaves that are green turn to brown,
And they wither with the wind,
And they crumble in your hand.

Once my heart was filled with the love of a girl.
I held her close, but she faded in the night
Like a poem I meant to write.
And the leaves that are green turn to brown,
And they wither with the wind,
And they crumble in your hand.

I threw a pebble in a brook
And watched the ripples run away
And they never made a sound.
And the leaves that are green turned to brown,
And they wither with the wind,
And they crumble in your hand.

Hello, hello, hello, good-bye,
Good-bye, good-bye, good-bye,
Thats all there is.
And the leaves that are green turned to brown,
And they wither with the wind,
And they crumble in your hand.

Selasa, 24 Februari 2009

sajak kecil tentang cinta by sapardi djoko darmono

mencintai angin harus menjadi siut
mencintai air harus menjadi ricik

mencintai gunung harus menjadi terjal

mencintai api harus menjadi jilat

mencintai cakrawala harus menebas jarak

mencintaiMu(mu) harus menjadi aku

Senin, 09 Februari 2009

pria matahari dan phoenix (by www.bluefame.com)

Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan.

Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia dan pria berkata ingin menjadi matahari.

Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari, bukan kupu kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga.

Wanita berkata ingin menjadi rembulan dan pria berkata ingin tetap menjadi matahari. Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu, tetapi pria ingin tetap jadi matahari.

Wanita berkata ingin menjadi Phoenix yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari dan pria berkata ia akan selalu menjadi matahari.

Wanita tersenyum pahit dan kecewa. Wanita sudah berubah 3x namun pria tetap keras kepala ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah bersama wanita. Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari.

Pria merenung sendiri dan menatap matahari.

Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi matahari agar bunga dapat terus hidup. Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang cantik. Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga. Ini disebut kasih yaitu memberi tanpa pamrih.

Saat wanita jadi bulan, pria tetap menjadi matahari agar bulan dapat terus bersinar indah dan dikagumi. Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan siapakah yang ingat kepada matahari. Matahari rela memberikan cahaya nya untuk bulan walaupun ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan, dilupakan jasanya dan kehilangan kemuliaan nya sebagai pemberi cahaya agar bulan mendapatkan kemuliaan tersebut. Ini disebut dengan Pengorbanan, menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.

Saat wanita jadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari, pria tetap selalu jadi matahari agar Phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan mencegahnya. Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh, namun matahari akan selalu menyimpan cinta yang membara di dalam hatinya hanya untuk phoenix. Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam dan mendapatkan cinta nya. Ini disebut dengan Kesetiaan, walaupun ditinggal pergi dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan.

Pria tidak pernah menyesal menjadi matahari bagi wanita.

Sabtu, 31 Januari 2009

tanah air mata by sutardji calzoum bachri

Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami

di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami

di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami

kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana

bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata

Senin, 26 Januari 2009

pantun imlek

Ada nasi ada bubur
Semoga selalu sehat dan panjang umur
Ada kweet tiau ada cap cay

Saatnya khong hi fat cay


Nulis email sambil makan bapauw
Kalau balas email harus sekalian kirim angpauw

Apa daya nasi sudah jadi bubur,
Apa mau dikata sang angpau sudah libur

Ada duku ada limau,

Datang dulu baru dapat angpau

Kamis, 22 Januari 2009

AMERIKA SERIKAT (www.apakabar.com)

Pikiran dan perasaan kita banyak mengalir
ke Irak dan ke Bagdad
ke Pakestina dan Gaza
dan kepala teroris - kepala penjahat
yang bernama Amerika Serikat
pencetus sejarah dunia
barangkali termasuk sejarah cacat
yang paling banyak dibenci dunia
yang paling banyak dikutuk sejagad
tapi ada yang tertinggal
ada yang tersisa
betapa besar kutuk ditumpahkan
betapa besar serapah disumpahkan
diam-diam dia masih dibutuhkan
mau berhabis-habis hubungan diputuskan
terasa jangan sampai kesampaian
dia tahu kalau kita ragu-ragu
lalu pongah angkuhnya terpahat jadi tugu
tapi kalau terus lestari begini
apakah akan terus begitu?
belum tentu!
sangat belum tentu!

Selasa, 20 Januari 2009

januari by anggrekbiru.com

Januari…
Cinta bersemi
Di dua hati

Januari…
Kembali sendiri
Jalani hari

Rabu, 14 Januari 2009

apa sih hidup itu by ismail faruki

Hidup adalah syukur

Menikmati apa yang kita miliki, di tengah banyaknya orang yang memiliki tanpa bisa menikmati

Melihat ke bawah, di tengah pongahnya orang yang selalu mendongak ke atas

Betapa banyak orang lumpuh menjadi inspirasi

Mengukir karya tanpa peduli keterbatasan diri

Seolah mengejekku yang diam di tengah berlimpahnya nikmat Ilahi


Hidup adalah belajar untuk tinggal bersama dengan langit dan bumi

Memahami ramahnya saat kita kasihi

Memahami marahnya saat kita sakiti

Langit bumi bukanlah warisan ayah bunda yang bisa kita nikmati

Melainkan harta tak ternilai untuk dilindungi

Agar anak cucu kita bahagia di masa depan nanti


Hidup adalah sebuah timbangan yang harus ditegakkan

Antara terbatasnya waktu kita dengan banyaknya amanah yang kita pikul

Antara mendahulukan kewajiban dengan menuntut hak

Antara memberikan yang terbaik untuk segala sesuatu dengan apa yang miliki

Antara menunaikan yang wajib dengan menolak yang haram

Antara menghindari yang syubhat dengan melakukan yang mubah tanpa melebihi batas


Hidup adalah akumulasi pilihan

Mengevaluasi masa kini dari pilihan-pilihan di masa lalu

Merancang masa depan dengan pilihan-pilihan di masa kini

Kadang memilih dengan teliti, kadang dengan intuisi

Tetap mengambil resikonya dan tetap menanggung konsekuensinya

Meski hidup penuh dengan masalah

Meski dosa dan kesalahan berulang

Aku harus tetap bertaubat dan meminta maaf


Maka mengambil pelajaran dari masalah

Tiba-tiba mendewasakanku saat terbangun di esok hari

Yang terberat bahwa hidup adalah internalisasi integritas

Dengan kecilnya mulut kita, mengungkapkan apa yang kita yakini

Dengan kecilnya tangan kita, berjuang untuk melakukan yang telah kita ungkapkan


Tuhan, Engkau telah turunkan petunjuk hidup ini

Tiada sesuatu yang Engkau ciptakan dengan sia-sia

Maha Besar Engkau, maka lindungi aku dari api neraka

Senin, 12 Januari 2009

derai derai cemara by chairil anwar

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Rabu, 07 Januari 2009

salam tiga jari by mataharimerah

Hari ini aku telanjang
melintas diatas pematang sawah
dengan semangat membara berlari menuju sungai tepian kecil yang jernih di sisi sawah
membasahi luka dan noda
membiarkanya hanyut terbawa air sunyi senyap
lalu kuganti dengan segayung opini yang kusireamkan diatas kepalaku
kubiarkan membasahi tubuhku
mari kita mandi opini kawan
sesaat memang terasa segar membasahi sukma

Esok hari aku berjalan di siang keramaian kota
melintas diatas pematang sawah
berpayung luka merahnya matahari
yang memaksa trotoar, rambu jalan, tong sampah di sudut tiang
menyapaku dengan penuh kegelisahan
lalu dimanakah sisa- sisa kesegaran opini- opini tadi
mengapa wangginya tak setia menemani
mengapa ia habis terbakar matahari
dan terusir debu jalanan

Mendekatlah noda dan luka
karna kau setia menemaniku dalam riang dan duka