akhirnya kutemukan juga jalan pulang.
setelah kaki berpusing menapaki hingga ujung aspal pekat didih ditelan matahari.
setelah tertegun pada suatu pertigaan tanpa papan penunjuk arah.
terpancang batin menimang kanan kiri yang hendak ku arung.
mengingat kali pertama jalan pertama kali kurunut
ketika ku pergi bertolak ke rimba peradaban.
jalan tanpa aspal yang lebih menyerupai sungai kering kala kemarau meregang.
penuh batu, pasir, tanah, dan deretan ilalang
dan rumput kering kuning kecoklatan
akhirnya kutemukan jalan
menuju nol kilometer
tempat kali pertama aku menulis puisi
tentang masa depan
dan anak-anak
Rabu, 17 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar