Sabtu, 31 Januari 2009
tanah air mata by sutardji calzoum bachri
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
Senin, 26 Januari 2009
pantun imlek
Semoga selalu sehat dan panjang umur
Saatnya khong hi fat cay
Nulis email sambil makan bapauw
Kalau balas email harus sekalian kirim angpauw
Apa daya nasi sudah jadi bubur,
Apa mau dikata sang angpau sudah libur
Datang dulu baru dapat angpau
Kamis, 22 Januari 2009
AMERIKA SERIKAT (www.apakabar.com)
ke Irak dan ke Bagdad
ke Pakestina dan Gaza
dan kepala teroris - kepala penjahat
yang bernama Amerika Serikat
pencetus sejarah dunia
barangkali termasuk sejarah cacat
yang paling banyak dibenci dunia
yang paling banyak dikutuk sejagad
tapi ada yang tertinggal
ada yang tersisa
betapa besar kutuk ditumpahkan
betapa besar serapah disumpahkan
diam-diam dia masih dibutuhkan
mau berhabis-habis hubungan diputuskan
terasa jangan sampai kesampaian
dia tahu kalau kita ragu-ragu
lalu pongah angkuhnya terpahat jadi tugu
tapi kalau terus lestari begini
apakah akan terus begitu?
belum tentu!
sangat belum tentu!
Selasa, 20 Januari 2009
Rabu, 14 Januari 2009
apa sih hidup itu by ismail faruki
Hidup adalah syukur
Menikmati apa yang kita miliki, di tengah banyaknya orang yang memiliki tanpa bisa menikmati
Melihat ke bawah, di tengah pongahnya orang yang selalu mendongak ke atas
Betapa banyak orang lumpuh menjadi inspirasi
Mengukir karya tanpa peduli keterbatasan diri
Seolah mengejekku yang diam di tengah berlimpahnya nikmat Ilahi
Hidup adalah belajar untuk tinggal bersama dengan langit dan bumi
Memahami ramahnya saat kita kasihi
Memahami marahnya saat kita sakiti
Langit bumi bukanlah warisan ayah bunda yang bisa kita nikmati
Melainkan harta tak ternilai untuk dilindungi
Agar anak cucu kita bahagia di masa depan nanti
Hidup adalah sebuah timbangan yang harus ditegakkan
Antara terbatasnya waktu kita dengan banyaknya amanah yang kita pikul
Antara mendahulukan kewajiban dengan menuntut hak
Antara memberikan yang terbaik untuk segala sesuatu dengan apa yang miliki
Antara menunaikan yang wajib dengan menolak yang haram
Antara menghindari yang syubhat dengan melakukan yang mubah tanpa melebihi batas
Hidup adalah akumulasi pilihan
Mengevaluasi masa kini dari pilihan-pilihan di masa lalu
Merancang masa depan dengan pilihan-pilihan di masa kini
Kadang memilih dengan teliti, kadang dengan intuisi
Tetap mengambil resikonya dan tetap menanggung konsekuensinya
Meski hidup penuh dengan masalah
Meski dosa dan kesalahan berulang
Aku harus tetap bertaubat dan meminta maaf
Maka mengambil pelajaran dari masalah
Tiba-tiba mendewasakanku saat terbangun di esok hari
Yang terberat bahwa hidup adalah internalisasi integritas
Dengan kecilnya mulut kita, mengungkapkan apa yang kita yakini
Dengan kecilnya tangan kita, berjuang untuk melakukan yang telah kita ungkapkan
Tuhan, Engkau telah turunkan petunjuk hidup ini
Tiada sesuatu yang Engkau ciptakan dengan sia-sia
Maha Besar Engkau, maka lindungi aku dari api neraka
Senin, 12 Januari 2009
derai derai cemara by chairil anwar
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Rabu, 07 Januari 2009
salam tiga jari by mataharimerah
melintas diatas pematang sawah
dengan semangat membara berlari menuju sungai tepian kecil yang jernih di sisi sawah
membasahi luka dan noda
membiarkanya hanyut terbawa air sunyi senyap
lalu kuganti dengan segayung opini yang kusireamkan diatas kepalaku
kubiarkan membasahi tubuhku
mari kita mandi opini kawan
sesaat memang terasa segar membasahi sukma
Esok hari aku berjalan di siang keramaian kota
melintas diatas pematang sawah
berpayung luka merahnya matahari
yang memaksa trotoar, rambu jalan, tong sampah di sudut tiang
menyapaku dengan penuh kegelisahan
lalu dimanakah sisa- sisa kesegaran opini- opini tadi
mengapa wangginya tak setia menemani
mengapa ia habis terbakar matahari
dan terusir debu jalanan
Mendekatlah noda dan luka
karna kau setia menemaniku dalam riang dan duka