Kamis, 30 Oktober 2008

Papi Mewanti Anak by remy sylado


Nak, jamannya sudah terbalik
masa silam bukan yang terbaik

Tidak usah jadi pemimpin
lebih aman jadi pemimpi

Pandai-pandai bilang ya'
jangan sekali-sekali bilang ta'

Kepada bosmu jangan tulus
malah perlu akal bulus

Korupsi perlu kau jalani
sebab ia adalah budaya kini

Cari istri yang membawa mujur
tak perlu yang berbakat jujur

Jangan main cinta dengan istri orang
sejauh suaminya tidak mengetahui

Orang lain boleh miskin menderita
asal kau kaya sendiri habis perkara

Kalau kau masuk neraka nanti
itu di luar tanggungjawab Papi.

Rabu, 29 Oktober 2008

Karjo Jadi Pemilih by agustinus wahyono

Masa kampanye nyentrik sekali
Karjo didatangi orangorang

Orang I :
"Kaos gratis untukmu.
Coblos nomor ini, ya?"

Orang II :
"Kalender gratis untukmu.
Pilih gambar itu, ya?"

Orang III :
"Bandana gratis untukmu.
Dukung partai anu, ya?"

Orang IV :
"Sedikit sumbangan untukmu.
Ingat selalu dari siapa, ya?"

Orang V :
"Bingkisan sederhana untuk keluarga.
Jangan lupa besok pemilu, ya."

Waktu pemilu memanggil massa
Karjo mencoblos logo kelimanya *

"Jujur, adil dan akur," pikirnya

pantun sumpah pemuda by bambang priantono

Kusulam bendera merah putih dengan benang
Merah yang berani, putihnya yang suci
Tanggal 28 Oktober haruslah dikenang
Sebagai masa bangsa-bangsa jadi satu jatidiri

Gunung Talang, Gunung Kelimutu
Jaraknya jauh tapi sama berapinya
28 Oktober berbagai suku menyatu
Jadi satu, yakni bangsa Indonesia

Tanah Riau terkenal gurindam dua belas
Tanah Jawa terkenal seni wayangnya
Bersatu dari barat-timur menolong tertindas
Demi mewujudkan bangsa yang dicita-cita

Hutan lebat melimpah rusa
Melihat mereka mengundang rindu
Bahasa mencerminkan bangsa
Dengan bahasa marilah kita berpadu

Siti Aisyah menenun perca
Disusun-susunnya menjadi kain nan indah
Janganlah persatuan ini binasa
Jangan karena ego bangsa kita terpecah

Selasa, 28 Oktober 2008

Terkenang celana Pak Guru by Joko Pinurbo (1996)


Masih pagi sekali, Bapak Guru sudah siap di kelas. Kepalanya yang miskin dan merana terkantuk-kantuk, kemudian terkulai di atas meja. Kami, anak-anak yang bengal dan nakal, beriringan masuk sambil mengucapkan, “Selamat pagi, Bapak Guru!” Bapak Guru tambah nyenyak. Dengkur dan air liurnya seakan mau mengatakan, “Bapak sangat lelah.”
Hari itu mestinya pelajaran Sejarah. Bapak Guru telah berjanji menceritakan kisah para pahlawan yang potretnya terpampang di seluruh ruang.Tapi kami tak tega membangunkannya. Kami baca di papan tulis, “Baca halaman 10 dan seterusnya. Hafalkan semua nama dan peristiwa.”
Sudah siang, Bapak Guru belum juga siuman. Hanya rit celananya yang setengah terbuka seakan mau mengatakan, “Bapak habis lembur semalam.” Ada yang cekikikan. Ada yang terharu dan mengusap matanya yang berkaca-kaca. Ada pula yang lancang membelai-belai gundulnya sambil berkata, “Kasihan kepala yang suka ikut penataran ini.”
Sekian tahun kemudian kami datang mengunjungi seorang sahabat yang sedang tidur di dalam makam di bekas lokasi sekolah kami. Kami lihat seorang lelaki tua terbungkuk-bungkuk membukakan pintu kuburan. “Silakan,” katanya. “Dia Pak Guru kita itu!” temanku berseru. “Kau ingat rit celananya yang setengah terbuka?” “Tenang. Jangan mengusik ketenteramannya,” aku memperingatkan.
“Dia pasti damai dan bahagia di tempat yang begini bersih dan tenang,” kata temanku sambil menunjuk nisan sahabatnya. “Kelak aku juga ingin dikubur di sini.” “Ah, jangan berpikir yang bukan-bukan,” timpalku. Sementara si penjaga kuburan yang celananya congklang dan rambutnya sudah memutih diam-diam mengawasi kami dari balik pohon kamboja.

Senin, 27 Oktober 2008

Ketika Sapi Membaca Puisi Di Depan Pak Kiai (http://amienstein.tripod.com/)

Itukah manusia Pak Kiai?
yang membunuh dan memperkosa anak kandungnya
dan masih merasa tak berdosa

Itukah manusia Pak Kiai?
negara2 tetangga diperangi dan dikuasai
tetapi mulutnya berbusa ngomong moral dan Hak Asasi

Itukah manusia Pak Kiai?
yang beristri empat dan sholat tak henti-henti
tetapi melihat manusia beragama lain dicincang dan dibunuhi
pura-pura tak melihat dan tak mengerti
Sebaliknya kalau melihat yang seagama dijahili
ribut dan pontang-panting kesana kemari

Itukah manusia Pak Kiai?
yang terkena sindrom disentasi
maling ayam hidup2 dibakar
maling trilyunan diwisatakan di pulau hingar-bingar

Itukah manusia Pak Kiai?
yang menusuk2 perut Bunda Bumi
setelah itu semua rambutnya digunduli
walau Bunda menangis, tetap saja tak perduli

Itukah manusia Pak Kiai?
ataukah binatang yang mengingkari jati diri
ataukah binatang yang tak pernah mengaku berevolusi
ataukah binatang yang mengaku malaikat2 suci
MMmmouuoooohhhhhh..........................
Huhahuhaaaahaaaaaaa..................
peradaban sejauh ini koq seperti komedi

Itukah manusia Pak Kiai?
sepertinya kami koq lebih berbudi
kami persembahkan tubuh kami untuk kesejahteraan makhluk2 Ilahi

Terima kasih Pak Kiai
atas kesempatan ini

Minggu, 26 Oktober 2008

Sajak Seorang TUA untuk isterinya by rendra

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.

Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.

Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.

Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.

Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.

Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.

Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.

Jumat, 24 Oktober 2008

Ping Pong by Sutardji Calzoum Bachri

Ping di atas pong
Pong di atas ping
Ping ping dibilang pong
Pong pong bilang ping

mau pong? bilang ping

mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping

ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping

kutakpunya ping
kutakpunya pong

pinggir ping kumau pong
tak tak bilang ping
ping pong kumau ping
tak tak bilang pong

sembilu jarakMu merancap nyaring

Mantera by Sutardji Calzoum Bachri

hei Kau dengar manteraku

Kau dengar kucing memanggil-Mu

izukalizu

M a p a k a s a b a itasatali

tutulita

papliko arukazabaku kodega zuzukalibu

tutukaliba dekodega zamzam logotokoco

zukuzangga zegezegeze zukuzangga zege

zegeze zukuzangga zegezegeze zukuzang

ga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zu

kuzangga zegezegeze aahh….!

nama-nama kalian bebas

carilah tuhan semaumu

indonesia jangan mati (by ekohm - www.apresiasipuisi.multiply.com)

tersungkur dalam kepenatan
serak parau
kacau malam
indonesia adalah segudang masalah
masalah adalah setumpuk sampahsampah
dan sampahsampah itu menggunung
indonesia...

menitipkan garis kemiskinan yang panjang
menyisakan perang saudara kian lama
menitikkan darahdarah sebangsa setanah air
tragis
rembulan bersinar mengilaukan para koruptor
berbondongbondong masuk daftar list
pemimpin yang rakus menemu akibat
rakyat bingung

akhir dimana kisah bermula tanpa saya tahu
mengapa begini ?
indonesia adalah sampahsampah berserakan
mari kelola sampahsampah itu
jangan biarkan menggunung setinggi langit
tidakkah ada rasa nasionalisme dalam diri
bagaimana jalan panjang nanti ?
semua ini hanyalah membual saja
dan keputusasaan muncul ditengah hiruk kacaunya keadaan sekarang
mau kemana indonesia...

telah terbit matahari disana
indonesia jangan jatuh... sambut hari yang cerah
indonesia jangan tidur... insomnia tidak ada padamu
indonesia jangan mati... sebelum kau bangkitkan segala perjuangan rakyat
telah terbit senyum kemenangan dalam tekad
telah terbit semangat baja dalam diri umat

telah... (semoga benar adanya)

Kamis, 23 Oktober 2008

sajakku melawan kebisuan (Wiji Thukul almarhum - korban orde baru)

. . .
apa guna punya ilmu tinggi
kalau hanya untuk mengibuli
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah kongkalikong
dengan kaum cukong . . .

. . . sajakku
adalah kebisuan
yang sudah kuhancurkan
sehingga aku bisa mengucapkan
dan engkau mendengarkan

sajakku melawan kebisuan

Puisi untuk Ayah (almarhum) by cermin sebuah hati

Aku tak mampu mengantar kepergianmu
Langit mendung turut berduka
Orang-orang riuh rendah becerita
Tentang segala amal kebaikanmu


Aku datang kepadamu, ayah
Semilir di bawah kamboja dan nisanmu
Aku menangis dan berdoa
Mengenang segala salah dan dosaku kepadamu

Kepergianmu seketika mendewasakan aku
Mengajarkan aku betapa penting arti hidup
Untuk menjadi berguna bagi sesama

Kepergianmu mengajarku
Bagaimana harus mencintai dan menyayangi
Bagaimana harus tulus berkorban dan bersabar
Bagaimana harus berjuang demi anak-anaknya
Hingga saat terakhir hayatmu
Engkau terus berdoa demi kebahagiaan anak-anakmu

Hari ini aku menemuimu, ayah
Lewat sebait puisi untuk mengenangmu
Bila datang saatnya nanti
Kan kuceritakan segala kebesaran dan keagunganmu

Bersama embun fajar kemarau ku sertakan doa
Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya

Ayah,
Aku merindukanmu

On a Bed of Roses (by healing hearts)

On a bed of roses I give myself to you
and as the stars and moon shine down on us
on this magical summer night I hold you oh so tight
For the first time in my life everything feels right

Soft kisses you impress upon my skin,
tenderly caressing every inch with care
Saturating my body and soul with all of you
Whispering I will forever love you and be true

Taking turns in satisfying each other' s needs
until the desire becomes too strong to hold
And passion rides freely upon our lovers field
To our need to become one we both yield

While the warm summer breeze fondles our skin
sweat trickles down two heaving bodies lost in lust
Pace quickens and breath deepens even more
Overwhelming climax leaves us satisfied to the core

Aku Ingin (Sapardi Djoko Darmono)

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…


Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (Taufik Ismail)

I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya

Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini

II

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,

Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

1998

Cinta (Khalil Gibran)

CINTA

kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat.

ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita,
kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan cinta.

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai
betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.

Cinta yang sebenarnya
adalah ketika kamu menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia.

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
”aku turut berbahagia untukmu”

Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari,
bahwa kamu menemukan cinta dan kehilangannya,
tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginannya,
melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh,
entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada,
cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang telah kau buat.

Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ”aku lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku sendiri”
membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan belum berkata ”bolehkah saya masuk?”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat,
melainkan apa yang kamu rasa.
bukanlah bagaimana kamu melepaskan,
melainkan bagaimana kamu bertahan.

Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus berhenti mencintai seseorang,
bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
melainkan karena kita menyadari bahwa orang iu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan cinta kepadamu
karena takut kau berpaling dan memberi jarak
dan bila suatu saat pergi,
kau akan menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau sadari